Video on Demand

Perkembangan media komunikasi membawa fiber optic (FO) menjadi media yang diunggulkan. Sebagian besar saluran komunikasi bergantung pada FO yang unggul dalam kecepatannya dalam mentransmisi data baik dalam single cable mode maupun multi cable mode,  dan kecilnya kemungkinan terhadap gangguan seperti radiasi dan induksi listrik.

FO telah menjadi tulang punggung dalam komunikasi digital oleh karena keunggulannya. Salah satunya adalah dalam sistim informasi dan hiburan berbasis digital. Sistim ini menyediakan banyak fitur dan layanan lainnya dalam mendapatkan informasi sekalugus hiburan dalam satu media. Layanan ini hanya bisa didukung oleh perusahaan kabel dan telepon, serta industri satelit. Meskipun sistim ini memberikan kemajuan yang sangat pesat, namun keberadaannya masih menimbulkan pro dan kontra karena biayanya yang mahal dan banyaknya perangkat yang dibutuhkan. Salah satu penerapan dari sistim ini adalah Video on Demand (VoD) yang sudah banyak digunakan dan memberi banyak keuntungan pada para penggunanya. Meskipun demikian, VoD masih menjadi pertimbangan. Banyaknya pihak yang terlibat dalam industri ini, target pasar, serta peralihan perangkat teknologi pada VoD yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Konsep dasar VoD adalah kebebasan. Audiens dapat memilih tayangan yang ingin disaksikan sesuai kebutuhan masing-masing. Tontonan dapat berupa apa saja seperti program berita, acara hiburan, film, dll. VoD menggunakan sistim pembayaran Pay-per-View (PPV), dimana pelanggan membayar sesuai jumlah mereka menonton suatu tayangan. Pelanggan maupun penyedia VoD sama-sama diuntungkan dengan cara kerja VoD. Penyedia jasa layanan VoD selaku instansi komunikasi dapat melakukan kontrol penuh terhadap tayangan yang disaksikan oleh pelanggannya. Sementara pelanggan dapat terbebas dari tayangan yang tidak ingin mereka saksikan. Layaknya teknologi yang berkembang, VoD juga telah perkembangan dengan adanya Near Video on Demand (NVoD), Push Video on Demand (PvoD) dan Manufacturing on Demand (MoD).

NVoD dijalankan oleh televisi berbasis kabel dan satelit dengan sisitim yang memnugkinkan seseorang untuk melakukan pay-per-view program yang dikeluarkan oleh multiple-broadcasters. Pelanggan tidak lagi terikat waktu untuk menyaksikan acara yang diinginkan. PvoD pada dasarnya menawarkan hal yang sama dengan VoD, namun memiliki lebih banyak kekurangan, salah satunya pada keterbatasan memori. MoD yang juga dikenal dengan DVD on Demand memiliki konsep yang mendekati konsep DVD.

Kemudahan dan kebebasan dalam memilih tayangan menjadi keunggulan VoD. Namun bukan berarti VoD terbebas dari masalah. Banyaknya pelaku dalam industri ini, target pasar, serta peralihan perangkat teknologi pada VoD yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Pelaku dalam industri sistim informasi dan hiburan berbasis digital terdiri dari perusahaan kabel dan satelit, dan perusahaan telepon. Perusahaan telepon telah menjadi lawan besar dalam industri ini lewat teknologi 3G, yang memungkinkan pelanggannya untuk mengunduh video secara portable menggunakan telepon selularnya. Langkah ini dapat dicapai oleh perusahaan telepon setelah pada awalnya mereka tidak bisa menyediakan layanan VoD. Video Dialtone (VDT) melupakan langkah besar lain yang dicapai oleh perusahaan telepon. Pada tahun 1992, FCC (Federal Communications Commission – Lembaga komunikasi pemerintah AS) memodifikasi peraturannya untuk mengijinkan perusahaan telepon bersaing di bidang video. Perusahaan telepon dapat membawa program video dengan pembatasan tertentu. Perusahaan telepon jadi memiliki penghasilan dan pelanggan tetap (rumah dengan koneksi telepon). Para pesaing tidak menikmati keputusan tersebut. Hingga pada akhirnya pada tahun 1996 dibuatlah Undang-Undang Telecomm yang terdiri dari 4 poin:

a.      Dukungan disediakan untuk proliferasi set-top box.

b.      Perusahaan kabel dapat memasuki bisnis telepon.

c.      Peraturan Video Dialtone (VDT) yang telah ada sebelumnya dicabut.

d.      Peraturan untuk Open Video System (OVS) diuraikan. Peraturan tersebut dapat dianggap sebagai perpanjangan dari konsep VDT.

Ketentuan paling akhir dirancang untuk membantu meringankan aturan yang melarang perusahaan telepn untuk memasuki bidang video.

Target pasar VoD berkaitan dengan peralihan perangkat yang digunakan. VoD membutuhkan perangkat teknologi yang sudah ditingkatkan. Misalnya set-top boxes (STBs), kapasitas saluran yang harus disediakan oleh perusahaan kabel untuk mendukung layanan baru informasi dan hiburan (sistim fiber/coaxial hybrids), dll. Meskipun akan sistem fiber akan muncul sebagai tren, namun waktunya masih belum bisa diketahui. Biaya yang diperlukan untuk peralihan perangkat sepenuhnya akan menjadi sangat mahal, dan fiber/coaxial hybrids adalah sistim yang cocok digunakan sertidaknya untuk sementara waktu.

Meskipun demikian, peralihan ke sistim fiber/coaxial hybrids baik berdasarkan telepon maupun teknologi dan sistim kabel, dapat mengadaptasi baik STBs, receiver televisi, atau peralatan konversi lainnya. Biaya yang digunakan dapat bervariasi, dan pencapaian penetrasi pasar yang lebih besar akan menjadi sangat kompetitif dengan struktur kalkulasi harga yang sudah ada sebelumnya.

Beberapa kelompok wilayah diperkirakan akan menggunakan VoD atau layanan informasi dan hiburan ini. Akan tetapi, jumlah pelanggan yang lebih besar masih belum bisa diperkirakan. Tidak semua orang mau atau berkeinginan untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk menggunakan layanan ini. Para pelaku industri ini harus menemukan kedudukan yang sesuai dalam pasar mereka.

Industri komunikasi berkembang dengan sangat pesat dan rumit, karena perkembangan komunikasi juga diiringi dengan perkembangan teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistim komunikasi yang sekarang sedang berkembang tidak dapat lepas dari teknologi.

Sistim informasi dan hiburan berbasis digital tengah berkembang dengan sangat pesat. Perlahan tapi pasti, sistim ini akan menjadi sistim yang diunggulkan bahkan mungkin banyak digunakan di masa depan. Namun yang menjadi tantangan bagi para penyedia jasa layanan ini (misalnya VoD) adalah bagaimana mereka dapat meyakinkan masyarakat agar mau mengeluarkan sejumlah biaya yang cukup mahal untuk layanan tersebut.

Para pelaku industri teknologi dan komunikasi harus mampu bersaing di tengah sistim komunikasi yang rumit dan sangat berpotensi untuk berkembang lebih jauh lagi dalam waktu yang tidak dapat diperkirakan. Mereka harus mampu untuk memberikan layanan yang menonjol dari pesaingnya.

VoD menjadi teknologi yang menjanjikan untuk terus dijalankan di Amerika. Akan tetapi, penyedia jasa VoD tidak bisa melupakan faktor biaya yang akan dikeluarkan oleh pelanggannya, mengingat biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Penyedia jasa VoD harus menemukan cara agar peralihan perangkat ke sistim fiber/coaxial hybrids dapat sebanding dengan pangsa pasar mereka. Atau, penyedia jasa VoD dapat mempertimbangkan untuk menemukan kedudukan pasar (market niche) yang lebih sesuai bagi produk mereka agar dapat berkembang dengan lebih baik.

Source:

Michael, M. A. Mirabito & Barbara L. Morgenstern (2004). The New Communication Technology: Applications, Policy, and Impact. 5th edition. Focal Press. Oxford. ISBN: 0-240-80586-0.

Lestari, W. Indri & Hendra Prowo S. (2011). Peran Fiber Optic dalam Perkembangan Teknologi Komunikasi. Jakarta: Bina Nusantara University.

NN. Video on Demand. (2011).  Disadur dari http://id.wikipedia.org/wiki/Video_on_demand

(Tulisan dibuat sebagai tugas pertemuan 5, mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi, responsi terhadap Bab 15: “The Cable and Telephone Industries and Your Home”, dalam buku “The New Communication Technology: Applications, Policy and Impact” (Mirabito & Morgenstern, 2004))

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Leave a Reply