Batasan Privasi di Dunia Maya

Bulan Februari lalu, Komisi Pengaduan Pers (Press Complaints Commisions – PCC)  memberikan ‘lampu hijau’ pada jurnalis di Inggris untuk mengangkat post di Twitter sebagai kutipan dalam berita yang disiarkan ke publik. Keputusan tersebut dibuat berdasarkan keluhan Sarah Baskerville, seorang pegawai negeri sipil dari Departemen Transportasi, atas dimuatnya salah satu tweetnya pada harian Daily Mail.

Baskerville melalui Twitter dengan gamblang mengungkapkan kekesalan dan kepenatannya terhadap tempatnya bekerja atas ketidakadilan di antara pegawai negeri sipil. Melalui tweet tersebut, harian Daily Mail menggambarkan Baskerville sebagai seseorang yang sedang kelelahan dan letih, berjuang dari sakit kepala akibat mabuk minuman beralkohol seperti yang ia tulis dalam salah satu tweetnya, “Struggling with a red wine induced headache’@ Department for Transport”. Merasa tidak terima dengan hal tersebut, Baskerville melayangkan surat keluhan pada Daily Mail dan Independent on Sunday yang juga mencetak berita yang sama.  Menurut Baskerville, tweet tersebut adalah privasinya yang hanya bisa dilihat oleh 700 pengikutnya (followers) di Twitter, bukan untuk diangkat ke publik. Tweet tersebut adalah pendapat pribadinya dan tidak menggambarkan departemennya.

Akan tetapi, pihak PCC berpendapat lain. Tanpa perlu diangkat ke media pun, masyarakat yang tidak menjadi pengikutnya di twitter juga dapat melihat tweet tersebut, dengan adanya retweet dari pengikutnya. Direktur PCC, Stephen Abell, berpendapat,

Seiring dengan semakin banyaknya orang yang menggunakan media sosial untuk mempublikasikan kehidupan pribadinya, PCC semakin didesak untuk membuat penilaian mengenai apa yang secara sah dapat digolongkan dalam informasi pribadi. Dalam kasus ini, PCC memutuskan bahwa publikasi materi apapun oleh surat kabar, meskipun pada awalnya ditujukan untuk audiens yang lebih kecil, bukan merupakan gangguan privasi.”


Sebelum kasus ini naik ke permukaan, Baskerville pernah mengingatkan di akun twitternya untuk berhati – hati ketika menulis sesuatu di Twitter. Namun pada kenyataannya, justru ialah yang tidak berhati – hati dengan menuliskan keburukan yang terjadi di kantor tempat ia bekerja.

Keberadaan Twitter sebagai situs jejaring sosial membuat informasi semakin cepat tersebar luas. Adanya fitur retweet, dimana kita dapat mengulang post tweet dari seseorang menambah penyebar luasan informasi meskipun kita tidak menjadi pengikut (follower) akun Twitter sumber informasi tersebut. Kebanyakan pengguna Twitter tidak menyunting lebih dulu informasi yang mereka bagikan. Sehingga seringkali informasi yang tidak akurat maupun informasi yang kurang baik dengan cepat diketahui oleh pengguna Twitter yang lain. Kejadian ini tak jarang menimbulkan kesalah pahaman, bahkan sampai dibawa ke meja hijau. Indonesia pernah memiliki kasus serupa pada kasus Luna Maya yang mengumpat pada jurnalis di akun Twitternya. Meskipun dibawa hingga ke PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), kasus ini pada akhirnya diselesaikan secara damai.

Bebasnya informasi yang beredar di Twitter memang sulit untuk dikendalikan. Banyaknya pengguna Twitter tidak memungkinkan administrator situs jejaring sosial ini untuk mengontrol penggunanya satu per satu. Twitter sudah meminimalisir penyebaran informasi ini dimana pengguna Twiter dapat melaporkan sebuah akun sebagai spam. Akan tetapi, tidak semua akun dapat digolongkan sebagai spam, dan tidak semua informasi tersebut berupa spam. Kebanyakan kesalah pahaman yang muncul di Twitter berawal dari tweet curhat, atau hanya karena seseorang tidak bisa mengontrol emosinya.

Setiap pengguna Twitter memang memiliki hak untuk memasukkan post apapun yang mereka mau. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi alasan untuk tidak menggunakan batasan dalam berkomunikasi di dunia maya. Tidak semua hal dapat dibagikan begitu saja kepada khalayak banyak. Seorang pembaca berkomentar dalam artikel berita mengenai kasus Baskerville yang dimuat di situs harian The Independent,

Apapun yang terjadi, biarkan itu tetap berada dalam lingkungan kerja, bukan menyebarkannya di dunia luar. Ya, dia (Baskerville) memang memiliki beberapa keluhan, tetapi itu tidak memberinya alasan apapun untuk membawanya ke ruang publik. Kecuali itu merupakan tindak pidana ringan. Apabila anda memiliki permasalahan, bawalah kepada atasan atau atasan dari atasan anda, bukan menuliskannya di Twitter.”


Batasan yang dimaksud adalah batasan mengenai informasi yang layak dan tidak layak dibagikan pada masyarakat. Informasi yang sudah disebarkan di Twitter secara otomatis akan menjadi milik publik dan tidak bisa ditarik kembali. Meskipun Baskerville membuat akun twitternya menjadi protected account – tidak bisa dilihat oleh pengguna Twitter yang tidak menjadi follower Baskerville – namun informasi mengenai permasalahan yang terjadi di kantornya sudah terlanjur diketahui oleh banyak orang. Baskerville tidak bisa berbuat banyak untuk mengurangi tersebarnya informasi itu.

Kasus yang menimpa Baskerville dapat menimpa siapa saja yang tidak berhati – hati dalam menyebarkan informasi di dunia maya. Dunia maya adalah dunia luas dan tanpa batas, yang dapat diakses oleh siapa saja di semua belahan dunia.  Meningkatnya penggunaan internet semakin mendorong tersebarnya informasi. Twitter, Facebook, Friendster, dan situs jejaring sosial lainnya seolah menjadi representasi pribadi penggunanya. Apa yang diungkapkan dalam akun masing – masing adalah pemikiran pribadi. Akan tetapi, ada batasan yang harus dipahami mengenai informasi yang layak dan tidak layak disebarkan. Satu hal yang perlu diingat yaitu, informasi yang disebarkan di dunia maya secara otomatis akan menjadi milik publik. Maka pengguna jejaring sosial itu sendiri lah yang menentukan batas privasi mereka di dunia maya.

(Tulisan dibuat untuk tugas pertemuan 2, mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi: Memberi respon terhadap artikel. Judul artikel yang digunakan adalah “Press Watchdog Rules That Tweets are Public Information“, disadur dari http://www.wired.co.uk/news/archive/2011-02/09/tweets-are-public )

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Leave a Reply